KONEKSI ANTAR MATERI COACHING GURU
PENGGERAK
OLEH :
SETYA RISTANTO, S.Pd.
CGP ANGKATAN 4
KABUPATEN MAGETAN
Ki
Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan kita telah mengemukakan bahwa
pendidikan itu adalah ada proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah
prilaku murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu
maupun bagian dari masyarakat. Proses menuntun tersebut dapat dilakukan salah
satu caranya adalah dengan melakukan proses coaching. Coaching dalam dunia
pendidikan sangat sejalan dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Dalam
coaching ini ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid
sebagai coachee untuk menenemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa
hidup sesuai tuntutan alam dan zaman. Dalam proses coaching guru sebagai pamong
mengajukan pertanyaan efektif dan reflektif untuk menggali segala potensi yang
dimiliki murid dengan tidak memberikan solusi akan tetapi mengarahkan mencari
solusi.
Coach
mempunyai peran yang sangat penting pula dalam sistem among yang digaungkan Ki
Hajar Dewantara. Pendidik sebagai penuntun bagi anak didiknya haruslah mampu
melakukan pendekatan melalui proses komunikasi. Komunukasi yang dapat membangun
kanyaman dan kesetaraan sehingga tercipta rasa empati, saling menghormati dan
saling menghargai antara guru dan murid. Atau Guru dan rekan sejawat. komunikasi
yang dijalankan melalui serangkaian proses untuk mengidentifikasi segala apa
yang dimilki murid sebagai bentuk kekuatan untuk menyelesaikan segala apa yang
dihadapinya.
Selain
itu ada juga pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan konsep Tut Wuri Handayani di
mana murid adalah mitra belajar. Guru bukan lagi sumber pengetahuan
satu-satunya akan tetapi ada murid sebagai mitra dalam mencari kesepahaman
dalam belajar. Guru bersama murid belajar bersama mengenali kekuatan yang
dimilikinya untuk melejitkan kemampuan yang dimiliki murid. bukan lagi waktunya
guru cemerlang sendiri akan tetapi bagaimanan murid pun menjadi bersinar. Guru
membantu murid menemukan kekuatan untuk bisa hidup sebagai manusia
seutuhnya.
Guru
sebagai coach merefleksikan kebebasan murid untuk menemukan berbagai kekuataan
yang dimiliki mereka dengan penuh kasih sayang dan persaudaraan. Guru sebagai
coach menghindari keinginan untuk memaksakan kehendak dan mengharapkan pamrih,
mensucikan diri tanpa ikatan menjadikan murid insan paripurna. Guru sebagai
coach menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya untuk memberikan kebebasan
dan kemerdekaan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi
murid kuat secara kodrati.
Salah
satu bentuk untuk melejitkan potensi murid adalah dengan mengintegrasikan
pembelajaran berdiferensiasi, pembelejaran yang selalu memperhatikan kebutuhan
belajar peserta didik berdasarkan minat, profil dan kesiapan belajar. Guru
sebagai coach dibutuhkan untuk menggali kebutuhan murid sehingga guru dapat
mendesain proses pembelajaran yang mampu memaksimalkan segala potensi yang
dimiliki murid.
Selain
itu, secara sosial emosional segala potensi murid dapat berkembang secara
maksimal. Proses coaching dapat berjalan degan mengoptimalkan ranah sosial
emosional sehingga setiap murid mampu menyelesaikan setiap masalah dengan
potensi dan kemampuannnya sendiri. Segala potensi akan tergali dengan proses
coaching yang dilakukan guru. Murid akan menemukan kedewasaan dalam menghadapi
setiap masalah dalam hidupnya dan mereka akan menemukan jati diri dengan proses
coaching yang dilakukan guru. Pada akhirnya mereka akan mampu hidup bebas dan
merdeka menentukan jalan hidupnya sesuai kekuatan dan potensinya masing-masing.
Proses
menuntun yang dilakukan dalam coaching adalah sebuah usaha untuk mengeksplorasi
murid untuk mampu melejitkan potensinya. Konsep coaching sangat dibutuhkan
dalam memberikan layanan pada murid karena sangat berbeda dengan konsep
konseling dan mentoring.
Coaching
tidak hanya berawal dari masalah tetapi dari kondisi yang memungkinkan peserta
didik atau rekan guru mampu memaksimalkan potensi dan kekuatannya untuk
menemukan dan menyelesaikannya sendiri. Mentoring merupakan proses
dilakukan ahli dengan berbagi pengalaman kepada mantee untuk menyelesaikan
masalahnya. Sedangkan konseling konselor memberikan bantuan solusi untuk
menyelesaikan masalah konseli.
Coaching
yang dilakukan coach kepada coachee sedikitnya membutuhkan empat keterampilan
diantaranya:
- Keterampilan membangun dasar proses coaching
- Keterampilan membangun hubungan baik
- Keterampilan berkomunikasi
- Keterampilan memfasilitasi pembelajaran
Dalam
proses coaching ada salah satu model yang biasa digunakan oleh coach. Model
yang dikembangkan dari Salah satu model GROW. Model GROW adalah kepanjangan
dari Goal, Reality, Options dan Will. Goal (Tujuan). Model GROW menjadi pijakan
dalam melakukan coaching yang selanjutnya dikembangkan menjadi model TIRTA yang
meliputi langkah-langkah Tujuan utama pertemuan/pembicaraan; Identifikasi
masalah coachee; Rencana aksi coachee; dan Tanggung jawab/komitmen. Dalam
Aksi Aspek berkomunikasi untuk mendukung praktik coaching antara lain,
Komunikasi Asertif menjadi Pendengar aktif, Bertanya reflektif dan Umpan
balik positif.
Refleksi
terhadap proses coaching di sekolah. Proses coaching sebagai bentuk usaha yang
dilakukan guru untuk menuntun segala potensi, keunikkan dan kekuatan murid
untuk hidup sesuai kodratnya dan memperbaiki lakunnya. Selain Itu, Coaching
juga sebagai bentuk usaha yang dilakukan dalam menuntun potensi rekan sejawat
dalam mengatasi masalah terkait pembelajran.
Proses coaching, menuntun murid atau rekan guru untuk berkesadaran penuh
mencapai kemerdekaan belajar digali dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif
untuk memaksimalkan segala potensinya.
Demikian
Koneksi antar materi modul 2.3 yang dapat saya sampaikan. Terima kasih.
Magetan,
01 April 2022
0 komentar:
Posting Komentar