Blog Guru Nusantara

Komunitas Guru Sekolah Dasar

Berbagi dan bermanfaat

Komunitas Guru SD Nusantara

Blog Gutu Nusantara

semangat Mengabdi, Semangat Berbakti.

Minggu, 19 Juni 2022

AKSI NYATA PENGELOLAAN PROGRAM BERDAMPAK PADA MURID


















 

SETYA RISTANTO,S.Pd

CGP ANGKATAN 4

SDN GONGGANG 3

KABUPATEN MAGETAN

Nama Program : Program Entrepreneur Days di SDN Gonggang 3

A. PERISTIWA (FACT)

Kewirausahaan di Sekolah Dasar  merupakan salah satu usaha yang harus dilakukan sebagai upaya penumbuhan karakter dan kemandirian siswa-siswi di sekolah. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada anak serta mengembangkan karakter karakter Profil Pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; mandiri; bergotong-royong; berkebinekaan global; bernalar kritis; dan kreatif.

Era globalisasi yang kian menantang, banyaknya pengangguran, kemiskinan, besarnya jumlah penduduk Indonesia yang tak diiringi kualitas sumber daya manusia, dan persaingan tenaga kerja dan ekonomi dari internasional, membuat sektor pendidikan harus berperan aktif dalam menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Menyiapkan generasi yang berjiwa tangguh, terampil dan kompeten. Generasi yang tak hanya mencari dan menunggu pekerjaan namun dapat menciptakan lapangan kerja. Pendidikan yang bisa dilakukan untuk hal tersebut salah satunya adalah pendidikan yang berorientasi pada jiwa kewirausahaan atau entrepreneurship. Pendidikan kewirausahaan ini haruslah ditanamkan sejak dini untuk melatih mereka. Salah satunya pendidikan kewirusahaan di tinggkat SD/MI.

Untuk menanamkan jiwa kewirausahaan diatas pada anak usia SD/MI, maka kita perlu tau karakteristik anak usia pendidikan dasar agar kita dapat menyesuaikan kegiatan-kegiatan apa saja yang cocok untuk anak usia SD/MI ini. Adapun karakteristik anak usia SD/MI secara umum adalah anak senang bermain, senang bekerja dalam kelompok, senang bergerak dan senang melakukan sesuatu secara langsung. Dengan karakteristik yang demikian maka ketika di lingkungan sekolah, seorang pendidik atau guru SD/MI harus memperhatikan kegiatan-kegiatan apa saja yang cocok untuk menanamkan jiwa kewirausahaan untuk anak didik tersebut.  Sekolah sebagai lembaga formal wajib membimbing, mengarahkan dan menanamkan pada siswa karakter-karakter kewirausahaan yang baik seperti kreatif, mandiri, kepemimpinan, mampu memecahkan masalah, tidak mudah putus asa, mampu mengelola uang dan dapat berinteraksi dengan orang lain.

Latar belakang program Entrepreuneur Days yaitu dalam rangka mengembangkan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan anak serta melatih anak terbiasa memunculkan jiwa kepemimpinan dalam hal ini melatih siswa dalam bersuara (Voice), pilihan ( Choice ) dan Kepemilikan (Ownership). Karena pada saat ini siswa SDN Gonggang 3 belum memiliki kemampuan yang merata terkait hal tersebut. Maka perlu dilakaukan hal ini dengan konsep

      Suara: Murid diberikan kebebasan memilih peran, Murid menyiapkan barang yang akan  dijual sesuai minat dan bakatnya, Murid bebas bertransaksi sesuai nilai uang yang dimiliki.

      Pilihan: Murid diberikan memilih peran yang disukai, Murid bebas memilih bertransaksi yang diinginkan.

      Kepemilikan: Menghargai hasil karya murid dengan memajang di pasar, Murid memiliki keunikan tersendiri yang dihargai oleh sekolah.

Yang dilakukan pada aksi nyata berikut alasan mengapa melaksanakan aksi nyata?

Aksi nyata pengelolaan program yang berdampak pada murid di maksudkan untuk mewujudkan  kepemimpinan murid, program ini di lakukan dengan harapan siswa siswi bisa menumbuhkan sikap berani dalam dirinya, berani tampil dan mengekspresikan dirinya dan menghargai seni dan budaya nasional dan bisa mengembangkan potensi atau bakat yang di milikinya.

Aksi nyata ini di lakukan untuk mewujudkan langkah pengelolaan program yang berdampak pada murid dengan berbasis pemetaan aset sekolah menggunakan model BAGJA dan MELR Yang dilakukan guna memastikan sebuah program yang berdampak pada murid. Sehingga bisa menjadi langkah konkrit keterlibatan sebagai pemimpin dalam pengembangan sekolah.

Selain itu alasan utama dibalik program ini adalah pada terwujudnya wellbeing siswa atau student wellbeing  dan perkembangan siswa secara holistik, siswa yang bahagia. dan juga memiliki nilai – nilai pribadi yang unggul, berbudaya serta memiliki karakter profil pelajar pancasila.

Tujuan Utama melaksanakan aksi nyata ini adalah sebagai berikut :

  • Membangun kesadaran siswa atas pentingnya Menggali potensi lingkungan Sekitar
  • Membangun karakter baik pada anak seperti : mandiri, kreatif, tanggung jawab, inovatif, disiplin, kolaboratif, jujur, komitmen tinggi, mampu memecahkan masalah dan lain sebagainya.
  • Memberi bekal kepada siswa terkait tentang pengalaman dan keterampilan di dunia kerja.
  • Melatih sikap kepemimpinan kepada murid utamanya terkait Choice, Voice, dan Ownership.

Hasil Aksi Nyata yang di lakukan

Dengan terlaksananya program ini ,  maka program ini pada dasarnya di rancang untuk menjadi wadah berkreasi dan berinovasi bagi siswa siswi menumbuhkan keberanian untuk tampil  dan juga mengedukasi siswa akan penitingnya Wirausaha / Entrepreneur. Siswa-siswi perlu di perkenalkan betapa pentingnya kegiatan Wirausaha yang dilakukan sehingga sebagai generasi muda penerus bangsa yang tangguh, terampil dan siap kerja. Di perlukan sebuah pembiasaan yang menjadi sebuah budaya. Dengan pelaksanan kegiatan  yang rutin setiap bulan dan berkelajutan dari program ini maka dampak pada murid dalam hal meningkatkan minat dan bakat serta jiwa kepemimpinan dan pastinya akan membuahkan hasil.

Hasil aksi nyata di SDN Gonggang ini menunjukan bahwa ada perkembangan dari waktu ke waktu mulai dari dilaksanakan kepada Siswa kelas 6 saja. Dan pada akhirnya merambah ke kelas 4 dan 5. Satu hal yang menjadi saya bangga sebagai Wali Kelas, peserta didik mampu meningkatkan kemampuan keterampilannya, membuat otak mereka bisa bekerja secara optimal, menambah wawasan hidup, mempertajam kemampuan memecahkan masalah dan interaksi social yang baik. aksi nyata ini bertujuan  mengembangkan Siswa memiliki jiwa kepemimpinan karena dengan keberanian penuh mampu menciptkan seorang pemimpin masa depan sesuai visi SDn Gonggang 3 dan sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

 

B.PERASAAN (FEELING)

Perasaan saat merencanakan aksi nyata ini program yang berdampak pada murid ini adalah  merasa tertantang karena program ini harus menekankan pada aspek dampak langsung pada diri siswa misalnya kepedulian aspek lain keimanan,  kedispilinan,dan aspek lainnya yaitu kemampuan kepemimpinan bisa menjadi bekal siswa untuk kehidupan yang lebih baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.

Perasaan saat program ini terlaksana perasaan bahagia dan juga optimis dengan pencapaian program dengan pencapaian program yang sudah berjalan, terlaksananya program ini tidak terlepas dari kolaborasi semua pemangku kepentingan terutama siswa yang sangat antusias terlibat dalam program literasi ,guru piket  dan wali kelas yang mengkoordinir kegiatan. Saya pun bertambah antusias terlibat dalam program literasi baik dari murid dan seluruh pemangku kepentingan di sekolah. Dengan respon yang baik dari warga sekolah terutama murid membuat saya ingin terus terlibat dalam pengelolaan program ini agar lebih baik lagi ke depannya dan dengan harapan dapat terus berkelanjutan.

Dan juga Sekaligus perasaan Saya setelah melaksanakan Aksi Nyata modul 3.1, 3.2 dan 3.3 ini saya  merasa senang dan bangga. Karena telah mendapatkan kesempatan untuk melakukan Aksi Nyata yang berdasarkan teori dan materi dari modul yang diajarkan. Mulai dari l;ebih bijak dalam mengambil keputusan yang berdasarkan Langkah-langkah pengambilan keputusan, kemudian tentang mengidentifikasi potensi dan Aset yang dimiliki. Selanjutnya membuat program berdasarkan asset yang dimiliki. Hingga pada merancang program berdampak pada murid yang nantinya menciptakan kepemimpinan kepada murid.

 

C. PEMBELAJARAN (FINDING) YANG DI DAPAT DARI PELAKSANAAN AKSI NYATA.

Pembelajaran yang di dapatkan dari aksi nyata adalah terwujudnya kepemimpinan murid dalam Kegiatan Wirausaha / Entrepreneurship untuk peningkatan minat bakat serta jiwa kepemimpinan, terwujudnya  karakter siswa yang tangguh, terampil dan mengekspresikan bakat maupun potensinya pada akhirnya besar harapan saya bahwa program ini akan bisa mewujudkan profil  pelajar pancasila.

Dari aksi nyata ini saya mendapatkan banyak pelajaran penting, yaitu bagiamana saya menyusun dan mengelola sebuah program yang berdampak pada murid dengan pemetaan aset model BAGJA. Selain itu saya menyadari pentingnya kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk suksesnya program ini. Saya juga belajar bahwa peran guru tidak terbatas pada pembelajaran di dalam kelas saja. Akan tetapi harus peduli dan ikut terlibat dalam mengelola program yang berdampak pada murid .

 

D. PENERAPAN KE DEPAN (FUTURE) RENCANA PERBAIKAN UNTUK PELKASANAAN DI MASA DEPAN

Recana perbaikan ke depan yaitu  lebih mengaktifkan kembali kegiatan intrakurikuler, Kokurikuler dan Ekstrakurikuler di lingkungan sekolah untuk menciptakan kegiatan yang benar-benar berdampak kepada murid. Selain itu, Sebaiknya Kita senantiasa memberikan bimbingan dan menjadi wadah pengembangan minat dan bakat anak. Selanjutnya ke depan, perlu pemberian apresiasi berupa reward kepada siswa yang memiliki prestasi akademik sebagai bentuk dukungan untuk menambah semangat anak menampilkan kreatifitas dalam mewujudkan perilaku profil pelajar pancasila dan karakter – karakter baik lainnya. Tak lupa,  perlu peningkatan kolaborasi guru ,siswa dalam hal kegiatan berdampak kepada murid karena siswa butuh pendampingan dan bimbingan dari guru piket dan wali kelas pada saat melakukan kegiatan, agar program dapat berjalan sesuai apayang kita inginkan.

 

Minggu, 24 April 2022

Koneksi Antar Guru Penggerak Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Koneksi Antarmateri

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Oleh: SETYA RISTANTO, S.Pd.

CGP Angkatan 4 Kab. Magetan

·        Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. yang pertama ingarso Sung tulodo yang berarti bahwa di depan dapat memberikan teladan yang baik bagi murid-muridnya, rekan sejawat maupun anggota masyarakat. Oleh karena itu dalam mengambil suatu keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus terlebih dahulu menganalisis dan mempertimbangkan matang-matang karena segala keputusan yang diambil akan menjadi contoh bagi murid – murid, rekan sejawat dan anggota masyarakat. 

Yang kedua ing Madyo Mangun Karso yang artinya ditengah dapat membangun karsa atau kemampuan atau semangat. Oleh karena itu guru harus mampu mengambil keputusan-keputusan yang berpihak kepada murid dan dapat membangkitkan Karsa semangat dan kemampuan murid-muridnya.

Yang terakhir  Tut Wuri Handayani yang berarti di belakang dapat memberikan dorongan kinerja pada murid agar dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya ini berarti bahwa guru harus mampu mengambil suatu keputusan terkait proses pembelajaran dan kegiatan sekolah yang dapat mendorong kinerja murid agar dapat berkembang sesuai dengan minat, profil dan kesiapan belajarnya 

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Menurut pendapat saya nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang guru sangatlah berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang diambilnya dalam suatu pengambilan keputusan. Ada tiga prinsip pengambilan keputusan yang pertama adalah Rule-based Thinking atau pemikiran berbasis peraturan yang kedua End-based Thingking atau pemikiran berbasis hasil akhir dan yang ketiga adalah Care-based Thingking atau pemikiran berbasis rasa Peduli. Rule-based Thinking biasanya diambil oleh orang-orang yang mengedepankan intuisi, kejujuran, aturan atau suatu prinsip yang mendalam. End-based Thingking biasanya diambil oleh orang-orang yang mengutamakan nilai-nilai agama, penghargaan akan kehidupan, masa depan dan kepentingan orang banyak. Sementara itu Care-based Thingking biasa diambil oleh orang-orang yang mengutamakan rasa kasih sayang, cinta, toleransi, kesetian dan  empati. Selain itu, Dalam pengambilan suatu keputusan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita. Nilai-nilai bagaikan gunung es yang hanya terlihat kecil dipermukaan air tetapi merupakan bagian yang besar di dalam alam bawah sadar kita. Maka penting untuk memupuk nilai-nilai positif dalam diri kita yang nantinya akan menjiwai setiap keputusan yang kita ambil.

  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching adalah keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikolaborasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. selanjutnya Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatihnya evaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri atau self awareness dan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan. Kita dapat menggunakan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk bujukan moral yang berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan permasalahan benar vs benar. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral maka dengan tegas sebagai seorang guru, kita harus kembali ke nilai-nilai kebenaran. Maka Menurut pendapat saya seorang pendidik yang telah memiliki nilai-nilai guru penggerak yakni mandiri, inovatif kolaboratif, reflektif dan berpihak kepada murid akan mampu mengambil suatu keputusan yang juga berpihak pada murid yang sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan. Akan tetapi jika seorang guru belum memiliki nilai-nilai seorang guru penggerak atau telah kehilangan idealismenya sebagai seorang guru maka keputusan yang diambil akan cenderung digunakan untuk mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan seringkali berorientasi pada materi dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebuah pengambilan keputusan yang baik dan tepat tentunya harus dilakukan secara bertahap dan menganalisis terlebih dahulu berbagai aspek yang pertama yang harus dipertimbangkan adalah empat paradigma Dilema etika. Kita harus melihat terlebih dahulu paradigma dilema etika apa yang sedang terjadi? Apakah paradigma Dilema etika individu melawan masyarakat, rasa keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan kesetiaan, atau jangka pendek melawan jangka Panjang. Kita juga harus melihat misi pengambilan keputusan yang paling tepat. Apakah Rule-based Thingking, Apakah End-based Thingking dan apakah Care-based Thingking. Selanjutnya keputusan tersebut haruslah diambil dengan menggunakan langkah-langkah pengambilan keputusan. Selanjutnya dapat pula kita menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif BAGJA untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik

  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Dalam kasus dilema etika, pada dasarnya apapun keputusan yang kita ambil dapat dibenarkan secara moral. Akan tetapi perlu memperhatikan prinsi-prinsip dalam pengambilan suatu keputusan. Kita harus berfikir hasil akhir dari keputusan kita yang sesuai dengan prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking) serta kita harus menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking). Hal lain tak kalah pentingnya yaitu kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Hal lainnya tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Selanjutnya keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan keputusan.

  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Merdeka belajar merupakan tujuan akhir dari pembelajaran yang kita lakukan. Merdeka belajar berarti siswa bebas untuk mencapai kodrat alamnya (mengembangkan potensinya) tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Siswa juga dapat mencapai kebahagiaannya sesuai dengan potensi yang dia miiki. Maka keputusan yang kita ambil tidak boleh merampas kebahagiaan siswa dan juga merampas potensi yang dimiliki siswa. Dan kembali lagi, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru adalah pemimpin pembelajaran sebagai pamong yang diibaratkan seorang petani yang menyemai benih. Benih tersebut dapat tumbuh subur apabila dirawat, dan dijaga dengan baik. Demikian juga dengan murid, seorang guru bertanggungjawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki murid sebagaimana petani yang menyemai benih untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga setiap keputusan guru akan berpengaruh pada masa depan murid. Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimplan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah :

  1. Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.
  2. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).
  3. Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.
  4. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.
  5. kewajiban seorang guru bukan hanya mengajarkan pengetahuan semata. Hal yang terpenting adalah bagaimana membantu murid untuk menyadari mengapa suatu pengetahuan itu penting bagi mereka serta bagaimana mereka akan dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan bagi diri dan lingkungannya

Sabtu, 09 April 2022

Saatnya kita beralih ke Keyakinan Kelas

Mengapa keyakinan kelas, mengapa tidak peraturan kelas saja? Pertanyaan berikut adalah, “Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan helm pada saat mengendarai kendaraan roda dua/motor?” Kemungkinan jawaban Anda adalah untuk ‘keselamatan’. Pertanyaan berikut adalah, “Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan masker dan mencuci tangan setiap saat?” Mungkin jawaban Anda adalah “untuk kesehatan dan/atau keselamatan”. Nilai-nilai keselamatan atau kesehatan inilah yang kita sebut sebagai suatu ‘keyakinan’, yaitu nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan mendalami tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu. Pembentukan Keyakinan Kelas:

  •  Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit. 
  • Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
  • Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
  • Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
  • Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
  • Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
  • Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu

Berikut ini Foto penerapan pembuatan Kesepakatan Kelas 6 SDN Gonggang 3









 

Budaya positif Penerapan segitiga restitusi


Budaya Positif 

Budaya positif perlu dikembangkan di sekolah. Kita dapat melihat mutu sebuah sekolah dilihat dengan budaya positif yang dikembangkan oleh seluruh warga sekolah. Budaya positif merupakan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang terbentuk dalam jangka waktu yang lama, terlihat dari sikap keseharian seluruh elemen sekolah yang berpihak pada murid sehingga mereka dapat berkembang. Dengan demikian Profil Pelajar Pancasila dapat terwujud. Terwujudnya Profil Pelajar Pancasila maka peran pendidik adalah sebagai penuntun untuk menciptakan kondisi pembelajaran dan lingkungan sekolah yang berpihak pada murid, membahagiakan dan menggembirakan mereka.

Dalam menerapkan budaya positif sekolah, maka peran guru penggerak sebagai agen perubahan dalam sebuah ekosistem pendidikan yang berpihak pada murid. Dengan berkolaborasi Bersama seluruh komponen sekolah untuk mewujudkan visi sekolah melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan Langkah-langkah BAGJA.

Untuk mewujudkan budaya positif sekolah langkah awal dengan membangun budaya positif di kelas dengan membuat kesepatan kelas (keyakinan kelas) dengan melibatkan murid. Hasil keyakinan kelas diwujudkan dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab oleh seluruh warga kelas.

Apabila budaya positif kelas telah menjadi sebuah pembiasaan secara konsisten bagi seluruh warga sekolah, maka suasana pembelajaran yang menyenangkan, nyaman dan gembira akan terwujud.

Budaya Positif Sekolah merupakan nilai-nilai positif yang diterapkan di sekolah untuk menumbuhkan motivasi intrinsiK pada diri siswa yang bertanggungjawab dan berbudi pekerti luhur sehinggga dapat terwujud profil pelajar pancasila. Kualitas suatu sekolah juga dapat dilihat dari  budaya positif yang tumbuh dan kembang di suatu sekolah.

Budaya Positif di suatu sekolah dapat membantu pencapaian visi sekolah. Untuk tercapainya sebuah visi sekolah, Guru memiliki peran penting. Karena Guru sebagai ujung tombak pencapaian visi sekolah dan kualitas dari sekolah.

Guru penggerak merupakan pembelajara yang mendorong tumbuh kembang anak secara holistic, aktif, berpusat pada murid, menjadi teladan dan sebagai agen transformasi ekosistem pendidikan guna tercapainya profil pelajar pancasila. Maka dari itu Guru penggerak merupakan Garda terdepan dalam menciptakan budaya positif di sekolah melalui pembiasaan-pembiasaan positif, penerapan disiplin positif, mengetahui kebutuhan Dasar manusia, motivasi perilaku manusia, keyakinan kelas, posisi control dan segitiga restitusi.

Berikut ini contoh penerapan segitiga restitusi di SDN Gonggang 3, silahkan dilihat


 

Rabu, 06 April 2022

AKSI NYATA CALON GURU PENGGERAK MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

 

AKSI NYATA MODUL 1.3

VISI GURU PENGGERAK

Oleh

SETYA RISTANTO, S.Pd.

CGP ANGKATAN 4 KABUPATEN MAGETAN

Latar Belakang

Prinsip IA dan ajaran filosofi Ki Hadjar Dewantara tentang merdeka belajar dan percaya bahwa setiap murid memiliki potensi untuk melakukannya.  Dalam hal ini, guru memahami bahwa murid memiliki potensi yang sama tingginya. Tugas guru adalah memfasilitasi murid untuk menunjukkan potensi terbaiknya.

Dewasa ini, banyak pembelajaran yang tidak sesuai dengan keinginan siswa. Banyak hal yang mempengaruhi antara lain  suasana kelas, metode mengajar guru,  hubungan guru dan siswa. Pendidik lebih sering menyampaikan pembelajaran dengan cara ceramah tanpa diselingi hal-hal yang menarik dan cenderung membosankan. Hal ini membuat perilaku siswa menjadi buruk seperti tidur di dalam kelas, bercerita dengan teman sebangku, menggambar, dan perilaku lainnya. Kita sebagai  guru  tentunya tidak ingin melihat siswa- berperilaku seenaknya saat kegiatan belajar mengajar.

Selain hal tersebut Sebagai seorang CGP, visi ke depan tentu harus berpihak pada murid. Selain itu, juga harus menyesuaikan dengan kodrat zaman anak. Tentunya dengan memperhatikan kekuatan dan potensi yang dimiliki murid saat ini. Pengenalan kekuatan dan potensi murid akan memudahkan seorang CGP dalam membentuk ekosistem pembelajaran yang mendukung tumbuh kembang mereka. Oleh karena itu visi guru penggerak hendaknya memiliki keterkaitan antara kodrat anak dengan peran sebagai guru penggerak dalam ekosistem pembelajaran. Sebagai seorang CGP Visi saya yaitu “ Mewujudkan Pembelajar Berkarakter Kuat dan Berbudaya dalam Lingkungan Belajar yang Berpihak Kepada Murid”. Yang pada akhirnya guna mencapai Profil Pelajar Pancasila.

Inilah yang mendorong saya membuat aksi nyata dengan  melibatkan siswa dalam proses perencanaan belajar mengajar  dengan harapan mereka merasa bertanggung jawab terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dan terwujudnya murid yang memiliki Profil Pelajar Pancasila

Tujuan

1.   Kelas  belajar yang menarik

2.   Siswa bersemangat dan perasaan gembira

3.   Membangkitkan minat belajar

4.  Terwujudnya siswa yang memiliki karakter kuat dan berbudaya

Deskripsi Aksi Nyata

Aksi nyata yang saya lakukan yaitu menciptakan suasana kelas sesuai yang dinginkan murid dengan melakukan diskusi di kelas dengan topik bagaimana membuat suasana belajar mengajar menjadi lebih baik. Kegiatan ini saya lakukan pada semester ganjil  pada kelas  6 SDN Gonggang 3 tahun ajaran 2021-2022.

Sebelum melaksanakan aksi nyata, saya  terlebih dahulu berkoordinasi dengan Kepala Sekolah sehubungan kegiatan  yang akan melibatkan siswa secara langsung di sekolah. Disamping itu komunikasi dengan orang tua siswa sebelum kehadiran siswa di sekolah.

Langkah yang kita lakukan dalam rangka membuat suasana belajar mengajar menjadi lebih baik adalah diskusi dengan siswa. Dalam diskusi ini siswa berkesempatan untuk mengemukakan pendapat masing masing untuk membuat suasana belajar mengajar  menjadi lebih baik. Ada bermacam macam hal yang diutarakan siswa. Dari beberapa pendapat siswa, kita kerucutkan menjadi:

1. Membuat suasana ruangan berbeda

Dalam hal ini siswa menginginkan untuk mengubah posisi tempat duduknya. Selama ini kursi siswa disusun berjajar membentuk persegi, dan meja guru di depan. Siswa ingin tempat duduk bagian tepi kanan dan kiri berhadapan, bagian tengah menghadap ke depan.Selain itu siswa ingin mempercantik kelas dengan menambah hiasan pada dinding kelas.

2. Menginginkan pembelajaran menyenangkan

Untuk hal ini, kita kembalikan ke masing masing guru yang mengajar karena tiap guru mempunyai cara dan strategi tersendiri, tetapi setidaknya ada masukan bagi rekan guru untuk kedepannya dengan memperhatikan keinginan siswa dan kita berusaha untuk mewujudkannya.

Kegiatan aksi nyata lainnya yang dilaksanakan adalah kegiatan peduli Semeru. Pada saat melaksanakan aksi nyata ini sedang terjadi peristiwa meletusnya gunung semeru. Pada saat berkomunikasi dengan siswa dan bercerita tentang kejian meletusnya gunung semeru, terbesitlah ide untuk melakukan penggalanagan sumbangan terhadap korban Gunung Semeru. Hingga muncullah kesepakatan untiuk melakukannya. Pada hari itu Guru memebimbing siswa untuk merencanakan kegiatan, dimulai dengan memberikan informasi kepada seluruh siswa SDN Gonggang 3 bahwa besok mempersiapakan dana sumbangan peduli korban bencana Gunung semeru. Dan Pada esoknya Kegiatan itu dilaksanakan dengan Siswa Kelas 6 sebagai koordinatornya. Dan kegiatan dapat terlakasana dengan baik.

Hasil dari Aksi Nyata

Kegiatan aksi nyata melalui  Menciptakan suasana kelas sesuai yang dinginkan murid dengan melakukan diskusi di kelas dengan topik bagaimana membuat suasana belajar mengajar menjadi lebih baik, membuat siswa merasa lebih diperhatikan, lebih dihargai dan diakui sebagai sosok yang berpendapat. Secara garis besar hasil yang didapat adalah :

1.   Suasana pembelajaran menyenangkan

2.   Menantang siswa untuk berkreasi secara aktif dalam pembelajaran

3.   Siswa mempunyai rasa percaya diri karena merasa dilibatkan.

4. Siswa memiliki jiwa Gotong Royong, kepedulian terhadapa Sesama

5. Siswa memiliki kepekaaan Sosial terhadap Korban bencana

6. Siswa memiliki Keimanan dan Ketaqwaan dengan ikut menyumbang korban bencana

Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

\Selain ruang kelas yang aman, ruang kelas juga harus diciptakan sedemikian rupa sehingga nyaman untuk menjadi tempat belajar dan bermain. Dan yang utama kita akan selalu libatkan siswa dalam hal apapun dalam rencana dan proses pembelajaran untuk kebaikan bersama. Selain itu mendesain pembelajaran yangbmenyenangkan sangatlah penting. Hala lainnya juga yaitu melatih kepekaan social, gotong royong dan peduli dengan lingkungan perlu ditumbuhkan guna tercapainya profil pelajara pancasila. 

Lampiran Foto

Foto 1.  Penggalangan dana peduli korban bencana Semeru



Foto 2.  Penggalangan dana peduli korban bencana Semeru



Refleksi Terbimbing Calon guru Penggerak Modul 1.4 Budaya Positif

 

Refleksi terbimbing Budaya Positif

 

A.    pemahaman Saya tentang konsep-konsep inti yang telah Saya pelajari di modul ini diantaranya

Disiplin positif

Menenamkan motivasi untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya tanpa terpengaruh adanya hukuman dan hadiah sehingga berpengaruh pada motivasi instrinsik yang berdampak jangka panjang.

Posisi Kontrol

1.     Penghukum

2.     Pembuat orang merasa bersalah

3.     Teman

4.     Monitor/Pemantau

5.     Manajer

Kebutuhan Dasar manusia

1.     Kebutuhan Bertahan Hidup

2.     Cinta dan Kasih Sayang (Kebutuhan untuk Diterima)

3.     Penguasaan ( Kebutuhan Pengakuan atas kemampuan)

4.     Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)

5.     Kesenangan (Kebutuhan untuk Merasa Senang)

Keyakinan Kelas

1.     Keyakinan bersifat Abstrak, tidak detail seperti peraturan yang lebih rinci dan lengkap

2.     Keyakinan bersifat universal

3.     Keyakinan kelas dibuat dalam bentuk Positif

4.     Keyakinan tidak terlalu banyak dan bersifat positif

5.     Semua Warga kelas hendaknya semuanya berkontribusi

Segitiga restitusi

1.     Menstabilkan Identitas

2.     Validasi Tindakan yang Salah

3.     Menanyakan Keyakinan

Semua Materi dalam modul 1.4 tentang Budaya Positif sangat Menarik dan memiliki keterkaitan. Materi ini juga sangat penting untuk dikuasai oleh Guru supaya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Di Luar Dugaan saya adalah ada berbagai materi yang perlu saya pelajarai dan sangat bagus diterapkan di sekolah.

B.    Pengalaman Saya dalam menggunakan konsep-konsep inti  tersebut dalam menciptakan budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Saya adalah

1.     Membuat kesepatakan kelas di awal tahun pembelajaran

2.     Melakukan refleksi setiap selesai pembelajaran

3.     Melakukan evaluasi langkah berikutnya dalam pembelajaran

4.     Terus melakukan perbaikan ke arah kesepakatan kelas

 

C.    Sebelum mempelajari modul ini, Saya Pernah menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid saya

Sebelum mempelajari modul ini, Saya pernah menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid saya. Contoh pada saat siswa terlambat. Pertanyaan yang saya sampaiakan adalah Mengapa kamu terlambat?, kamu tadi Bangun Jam berapa? Tadi malam apa yang kamu lakukan? Konsesuensi apa yang harus kamu terima?

 

D.    Perubahan  apa yang terjadi pada cara berpikir Saya dalam menciptakan budaya positif di kelas adalah Untuk menciptakan budaya positif yang berpihak pada anak, maka saya sebagai guru harus memahami berbagai aspek seperti: disiplin positif, posisi control Guru, Motivasi, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas dan segitiga restitusi.

Saya mulai melakukan refleksi dan evaluasi yang sudah saya terapkan. Saya melakukan perubahan dan perbaikan sesuai dengan disiplin positif yang sudah saya pelajari untuk menciptakan budaya positif yang berpihak kepada murid.

E.     Pembelajaran modul ini sangat penting bagia saya. Dengan mengetahui dan mengaplikasikan budaya positif di lingkungan belajar saya, Semoga lingkungan belajar saya dapat membuat anak nyaman dan tumbuh kembang anak tersebut dapat tercapai dengan optimal. Sehingga anak dapat merdeka belajar.

 

F.     yang Saya bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan saya setelah Anda mempelajari modul ini adalah Saya mulai menerapkan budaya positif dengan memulai pada posisi control manajer, menerapkan keyakinan kelas, bijaksana dalam menyikapi kebutuhan dasar siswa dan mengarahkan ke hal yang positif hingga melakukan segitiga restitusi

 

G.    hal-hal lain yang menurut saya penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah adalah Menjadi Teladan, Meningkatkan kemampuan supaya bisa menjadi guru yang menjadi teladan bagi siswa. Selain itu dengan melakukan pembiasaan atas budaya positif yang bisa menciptakan kebiasaan budaya positif.

H.    Langkah-langkah awal yang akan saya lakukan jika kembali ke sekolah/kelas saya setelah mengikuti sesi ini adalah Diskusi dan kolaborasi dengan siswa. Menentukan budaya positif yang sesuai dengan keyakinan kelas. Melakukan refleksi dan evaluasi untuk peningkatan.

 

AKSI NYATA PENGELOLAAN PROGRAM BERDAMPAK PADA MURID

  SETYA RISTANTO,S.Pd CGP ANGKATAN 4 SDN GONGGANG 3 KABUPATEN MAGETAN Nama Program : Program Entrepreneur Days di SDN Gonggang 3 ...