Koneksi Antarmateri
Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Oleh:
SETYA RISTANTO, S.Pd.
CGP
Angkatan 4 Kab. Magetan
·
Bagaimana pandangan Ki Hajar
Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana
sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Filosofi Pratap Triloka khususnya
ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. yang pertama ingarso Sung
tulodo yang berarti bahwa di depan dapat memberikan teladan yang baik
bagi murid-muridnya, rekan sejawat maupun anggota masyarakat. Oleh karena itu
dalam mengambil suatu keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru
harus terlebih dahulu menganalisis dan mempertimbangkan matang-matang karena
segala keputusan yang diambil akan menjadi contoh bagi murid – murid, rekan
sejawat dan anggota masyarakat.
Yang
kedua ing Madyo Mangun Karso yang artinya ditengah dapat
membangun karsa atau kemampuan atau semangat. Oleh karena itu guru harus mampu
mengambil keputusan-keputusan yang berpihak kepada murid dan dapat
membangkitkan Karsa semangat dan kemampuan murid-muridnya.
Yang terakhir Tut Wuri
Handayani yang berarti di belakang dapat memberikan dorongan kinerja
pada murid agar dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya ini
berarti bahwa guru harus mampu mengambil suatu keputusan terkait proses
pembelajaran dan kegiatan sekolah yang dapat mendorong kinerja murid agar dapat
berkembang sesuai dengan minat, profil dan kesiapan belajarnya
- Bagaimana nilai-nilai yang
tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita
ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Menurut pendapat saya nilai-nilai
yang tertanam dalam diri seorang guru sangatlah berpengaruh kepada
prinsip-prinsip yang diambilnya dalam suatu pengambilan keputusan. Ada tiga
prinsip pengambilan keputusan yang pertama adalah Rule-based
Thinking atau pemikiran berbasis peraturan yang kedua End-based
Thingking atau pemikiran berbasis hasil akhir dan yang ketiga
adalah Care-based Thingking atau pemikiran berbasis
rasa Peduli. Rule-based Thinking biasanya diambil oleh
orang-orang yang mengedepankan intuisi, kejujuran, aturan atau suatu prinsip
yang mendalam. End-based Thingking biasanya diambil
oleh orang-orang yang mengutamakan nilai-nilai agama, penghargaan akan
kehidupan, masa depan dan kepentingan orang banyak. Sementara itu Care-based
Thingking biasa diambil oleh orang-orang yang mengutamakan rasa
kasih sayang, cinta, toleransi, kesetian dan empati. Selain itu, Dalam
pengambilan suatu keputusan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam
dalam diri kita. Nilai-nilai bagaikan gunung es yang hanya terlihat kecil
dipermukaan air tetapi merupakan bagian yang besar di dalam alam bawah sadar
kita. Maka penting untuk memupuk nilai-nilai positif dalam diri kita yang
nantinya akan menjiwai setiap keputusan yang kita ambil.
- Bagaimana kegiatan terbimbing
yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan
kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam
pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan
keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam
diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa
dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2
sebelumnya.
Coaching adalah keterampilan yang
sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik
masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah
coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi
dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat
ideal apabila dikolaborasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan
pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.
selanjutnya Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan
fasilitator telah membantu saya berlatihnya evaluasi keputusan yang telah saya
ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan
dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil
tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.
- Bagaimana pembahasan studi
kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai
yang dianut seorang pendidik.
Pada pembahasan studi kasus yang
berfokus pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri atau self awareness dan
keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan. Kita dapat
menggunakan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan
terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk
bujukan moral yang berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan
permasalahan benar vs benar. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan
moral maka dengan tegas sebagai seorang guru, kita harus kembali ke nilai-nilai
kebenaran. Maka Menurut pendapat saya seorang pendidik yang telah memiliki
nilai-nilai guru penggerak yakni mandiri, inovatif kolaboratif, reflektif dan
berpihak kepada murid akan mampu mengambil suatu keputusan yang juga berpihak
pada murid yang sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan dapat
dipertanggung jawabkan. Akan tetapi jika seorang guru belum memiliki
nilai-nilai seorang guru penggerak atau telah kehilangan idealismenya sebagai
seorang guru maka keputusan yang diambil akan cenderung digunakan untuk
mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan seringkali berorientasi pada
materi dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
- Bagaimana pengambilan keputusan
yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman.
Sebuah pengambilan keputusan yang
baik dan tepat tentunya harus dilakukan secara bertahap dan menganalisis
terlebih dahulu berbagai aspek yang pertama yang harus dipertimbangkan adalah
empat paradigma Dilema etika. Kita harus melihat terlebih dahulu paradigma
dilema etika apa yang sedang terjadi? Apakah paradigma Dilema etika individu
melawan masyarakat, rasa keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan
kesetiaan, atau jangka pendek melawan jangka Panjang. Kita
juga harus melihat misi pengambilan keputusan yang paling tepat. Apakah Rule-based
Thingking, Apakah End-based Thingking dan
apakah Care-based Thingking. Selanjutnya keputusan
tersebut haruslah diambil dengan menggunakan langkah-langkah pengambilan
keputusan. Selanjutnya dapat pula kita menggunakan pendekatan Inkuiri
Apresiatif BAGJA untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik
- Selanjutnya, apakah
kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah
ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Dalam kasus dilema etika, pada
dasarnya apapun keputusan yang kita ambil dapat dibenarkan secara moral. Akan
tetapi perlu memperhatikan prinsi-prinsip dalam pengambilan suatu keputusan. Kita
harus berfikir hasil akhir dari keputusan kita yang sesuai dengan prinsip
berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), kita juga harus
melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis
peraturan-rule based thinking) serta kita harus menciptakan lingkungan
yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berbasis
rasa peduli (care based thinking). Hal lain tak kalah pentingnya yaitu kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan
budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah
sistem yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau
kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Hal lainnya tidak semua warga
sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Selanjutnya
keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga
muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan keputusan.
- Dan pada akhirnya, apakah
pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang
memerdekakan murid-murid kita?
Merdeka belajar merupakan tujuan
akhir dari pembelajaran yang kita lakukan. Merdeka belajar berarti siswa bebas
untuk mencapai kodrat alamnya (mengembangkan potensinya) tanpa ada tekanan dari
pihak manapun. Siswa juga dapat mencapai kebahagiaannya sesuai dengan potensi
yang dia miiki. Maka keputusan yang kita ambil tidak boleh merampas kebahagiaan
siswa dan juga merampas potensi yang dimiliki siswa. Dan kembali lagi, semua
tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang
digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah
sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam
belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan
kodratnya
- Bagaimana seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau
masa depan murid-muridnya?
Guru adalah pemimpin pembelajaran
sebagai pamong yang diibaratkan seorang petani yang menyemai benih. Benih
tersebut dapat tumbuh subur apabila dirawat, dan dijaga dengan baik. Demikian
juga dengan murid, seorang guru bertanggungjawab untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki murid sebagaimana petani yang menyemai benih untuk mendapatkan
hasil yang baik sehingga setiap keputusan guru akan berpengaruh pada masa depan
murid. Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang
disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam
kehidupan murid di masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan
tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk
bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah
melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu
pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid
untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan
diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.
- Apakah kesimpulan akhir
yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimplan yang didapat dari
pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah :
- Pengambilan keputusan adalah
suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus
berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai
pemimpin pembelajaran.
- Pengambilan keputusan harus
berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan
mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well
being).
- Dalam pengambilan keputusan
seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk
menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.
- Dalam perjalanannya menuju
profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral
sehingga diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan dan pengujian
keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan
tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.
- kewajiban seorang guru bukan
hanya mengajarkan pengetahuan semata. Hal yang terpenting adalah bagaimana
membantu murid untuk menyadari mengapa suatu pengetahuan itu penting bagi
mereka serta bagaimana mereka akan dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata untuk meraih kebahagiaan dan
keselamatan bagi diri dan lingkungannya
0 komentar:
Posting Komentar